Sifat 20


Manusia ditakdirkan/diciptakan sempurna karena mempunyai pikiran/akal dan alat perasa serta jasmani, Maka Ulama di zaman dahulu mempunyai pendapat bahwa Allah sebenarnya yang menciptakan, dan sebahagian besar menyebutkan sifat-sifat manusia sendiri adalah panca indra seperti Mata, Hidung, Mulut, Telinga dan Lidah. Beda dengan makhluk lain seperti binatang, walaupun mempunyai alat seperti manusia tetapi tidak lengkap, oleh karena itu hidupnya makhluk-makhluk tadi ikut kodrat masing-masing, bisa melihat, berjalan dan makan tapi tidak punya akal untuk berusaha dan sudah pasti hidupnya kurang lengkap. Berdasarkan keadaan, maka para orang bijak mempunyai pendapat ; bila manusia itu sifatnya lengkap dan tidak bisa berubah artinya Allah itu tidak kekurangan sifat seperti yang diciptakan. Walaupun semua Ulama sudah sampai disatu pendapat, tetap tidak bisa menemukan Allah SWT.

Nabi Khidir A.S

Salah satu kisah Al-Qur’an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri adalah, kisah seseorang hamba yang Allah SWT memberinya rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya ilmu. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun.” (QS. al-Kahfi: 60)

Insan Kamil

Si hamba menyaksikan bahwa Insan Kamil adalah pertemuan di antara ketuhanan dan kehambaan. Pada Insan Kamil berkumpul pengetahuan tentang Tuhan dan pengetahuan tentang makhluk Tuhan. Insan Kamil mengenal Tuhan dalam aspek tanzih dan tasybih. Insan Kamil memperoleh maklumat Hakikat Muhammad secara lengkap dan sempurna. Insan Kamil yang memiliki ilmu dan makrifat yang sempurna. Insan Kamil yang mempunyai pengenalan yang sempurna tentang Tuhan. Insan Kamil juga mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang apa yang Tuhan sampaikan kepada hamba-hamba-Nya.

Tawassul

Definisi
Tawassul dalam arti bahasa adalah pendekatan, sedangkan dalam arti istilah tawassul adalah menghadap Allah subhanahu wa ta'ala dalam berdoa lantaran kemuliaan dan kehormatan para nabi atau hamba yang sholih. Contoh:
أللهمّ بجاه نبيّك صلى الله عليه وسلم اغفر لي واستر لي عيوبي.....
"Ya Allah dengan kemuliaan Nabi-Mu sallallahu 'alaihi wa sallam ampunilah aku dan tutupilah kejelekanku…."
Tawassul juga berarti menjadikan mereka yang terhormat yaitu para nabi atau hamba-hamba yg sholih sebagai lantaran menghadap Allah dalam memohon berbagai hajat (kebutuhan) dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada mereka (para nabi & para hamba yang sholih) dari kemuliaan dan kehormatan, serta mengerti bahwa mereka semua adalah hamba-hamba yang diciptakan hanya milik Allah SWT. Akan tetapi Allah telah menjadikan mereka sebagai indikasi atas setiap kebaikan, keberkahan dan sebagai kunci segala kerahmahan.

Suluk Linglung

Kumbang Menghisap Madu
SUNAN Kalijaga berhasrat besar mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi dan Wali, ibaratnya kumbang ingin menghisap madu/sari kembang.
Mendapat gelar agung sebagai guru suci Tanah Jawi. Raden Mas Sahid putra kanjeg Adipati Tuban, sudah menjadi alim ulama yang cerdik dan pandai. Bahkan beliau sudah dapat merasakan mati di dalam hidup. Tingkatan pendakian tauhid yang sangat tinggi, dan patut diacungi jempol. Namun beliu belum puas dengan apa yang sudah didapat. Dia mempunyai himatulaliyyah atau cita-cita yang tinggi yaitu bertujuan ingin memperoleh petunjuk dari seseorang yang sudah menemukan hakikat kehidupan, yang nantinya dapat mengantarkanya agar mendapat petunjuk yang dipegang para Nabi Wali atau Imam Hidayah.

Futuhul Ghoib ( Penyingkap Keghoiban )

Ditulis oleh Dewan Asatidz    "...(wacana-wacana ini) diilhamkan kepadaku dari khazanah dunia ghaib.." Karya terpenting sang wali -- disamping Fath al-Rabbani dan Qasidah al-Ghautsiyah. Terlepas dari sifatnya yang nyata-nyata mistis, kumpulan berbagai wacana tentang masalah tasawuf ini, mudah dipahami. Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir Jailani, lahir di Jilan, Persia pada 1077M, adalah seorang wali-sufi yang telah mencapai peringkat ghauts -- yang, dalam peristilahan tasawuf, hanya berada setingkat di bawah Nabi. Sebagai seorang mujahid pemelihara ruh Islam, ia adalah muhyiddin (pembangkit iman) yang berpengaruh atas sejarah Islam, hingga kini. tarekat Qadiriyah --salah satu tarekat yang paling popular di dunia Islam, termasuk di Indonesia-- berpangkal pada tokoh ini.

Wahdatul Wujud

Wahdatul Wujud mempunyai pengertian secara awam yaitu; bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci. Pengertian sebenarnya adalah merupakan penggambaran bahwa Tuhan-lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah adalah sang Khalik, Dia-lah yang telah menciptakan manusia, Dia-lah Tuhan dan kita adalah bayangannya. Dari pengertian yang hampir sama, terdapat pula kepercayaan selain wahdatul wujud. Yaitu Wahdatul Syuhud. Pengertiannya yaitu; Kita dan semuanya adalah bagian dari dzat Allah.

Puncak Pengabdian

Makrifat kepada Allah adalah Puncak Pengabdian

Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka aku ciptakanlah mahluk. Oleh karena itu Aku memperkenalkan DiriKu kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku (Hadits Qudsi)

Pendahuluan
Sebelum kita melangkah lebih lanjut dengan pembahasan mengenai Ma’rifat, maka ada baiknya kita memahami dulu apa sebenarnya Tasawuf itu. Karena Ma’rifat sangat erat hubungannya dengan tasawuf.
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution, misalnya menyebutkan 5 istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu

Makrifat

Dan, apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur'an) yang telah mereka ketahui."(Al-Maidah:83).

Ma'rifat artinya meliputi sesuatu seperti apa adanya. Saya katakan,bahwa di dalam Al-Qur' an terkadang disebutkan laf azh ma' rifat dan adakalanya disebutkan lafazh ilmu. Lafazh ilmu yang banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an memiliki batasan yang relatif lebih luas. Allah memilih bagi Diri-Nya asma Al-Ilmu dan segala kaitannya. Allah mensifati Diri-Nya dengan Al-Alim, Al-Allam, alima, ya'lamu, dan mengabarkan bahwa Dia memiliki ilmu, tanpa menggunakan lafazh ma'rifat. Sebagaimana yang sudah diketahui bersama, apa yang dipilih Allah untuk Diri-Nya adalah yang paling sempurna jenis dan maknanya. Lafazh ma'rifat disebutkan di dalam Al-Qur'an berkaitan dengan orang-orang Mukmin dari Ahli Kitab secara khusus, seperti firman-Nya yang disebutkan di atas, yaitu orang-orang yang mendengarkan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Begitu pula firman-Nya yang lain,

Hakekat

Hakekat Dzat Yang Maha Esa

Mengenal Allah adalah pokok kepada kehidupan kita. Inilah fitrah setiap jiwa. Pasti ada kemahuan di dalam hatinya untuk mengenal Penciptanya. Inilah awal petunjuk hidayah yang Allah Ta'ala hunjamkan ke dalam kesedaran insan. Dan sememangnya insan itu diperintah oleh Allah Ta'ala untuk mengenal diri nya sendiri supaya dapat dia mengakui keagungan Pencipta Nya.

Disebabkan kemahuan ini, maka insan mencari jalan yang boleh membawanya kepada pengenalan ini sehingga ke peringkat "makrifatullah", yakni mengenal Allah Ta'ala pada Zat Nya dengan pengenalan yang sempurna.